Text
Jalan Cinta Buya : Buku Kedua Dari Dwilogi Hamka
Di masa Demokrasi Terpimpin, Buya Hamka adalah sosok yang kadang berbeda pendapat dengan Presiden Sukarno, dan juga berseberangan dengan Kaum Komunis. Melalui Majalah Lentera, karya-karyanya diserang habis. Berbulan-bulan lamanya ia hadapi hantaman orang-orang yang tak sepaham dengannya. Dua tahun empat bulan lamanya, Buya Hamka hidup dalam penjara rezim Sukarno. Meski begitu, ia tak marah. Buya tidak hanya dekat dengan mereka yang sepaham-sepemikiran, tapi juga tidak menghindari orang yang tidak ia sukai. Ia berprinsip bahwa dengan mengenal sesama yang berbeda, akan menemukan sudut pandang baru. Meski ilmunya sangat tinggi, ia tak pernah merasa besar diri. Sikap hidupnya yang lurus terbukti saat ia menjadi Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ia jalankan amanah itu dengan penuh tanggung jawab. Meski mendapat banyak tekanan, ia tetap teguh bersikap dan memegang prinsip. Baginya, kehebatan ulama diukur sejauh mana ia mampu melembutkan kerasnya hati para pembenci, dan sejauh mana kemampuannya menenangkan jiwa-jiwa yang gundahgulana.
| A2018009795 | 923.6 HAI j | Tersedia | |
| J2017000298 | 923.6 HAI j | (SMAIT) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain